Sejuta Kenikmatan di Balik Pondokan

SARKEM UNDER COVER (1)

Sejuta Kenikmatan di Balik Pondokan


Ivan Aditya
Gapura masuk komplek Sarkem. (Foto : JH Kusmargana)
PERKAMPUNGAN sempit di jantung kota ini lekat dengan kehidupan dunia malam Yogyakarta. Sudah menjadi rahasia umum jika tempat ini lantas jadi ‘jujugan’ pria-pria pemuja kenikmatan yang ingin melepas hasrat. Tak hanya masyarakat lokal Yogyakarta saja, warga luar daerah bahkan turis asing pun juga tak jarang menyempatkan mampir ke tempat ini untuk berburu teman kencan.
Orang menyebut kawasan satu ini dengan nama Sarkem alias Pasar Kembang. Berada di wilayah Sosrowijayan Kulon Kelurahan Sosromenduran Kecamatan Gedongtengen, Pasar Kembang sebenarnya hanyalah sebuah nama jalan yang berada di sisi barat Malioboro atau tepat di seberang selatan Stasiun Tugu Yogyakarta.
Komplek Sarkem terletak di tengah perkampungan warga. Lorong sempit akan menghubungkan kawasan ini menuju ke perkapungan lain di sisi selatan (Jalan Sosrowijawan) maupun di sebelah barat (Jalan Joyonegaran). Para pria yang sering ke sana kerap pula menyebut Sarkem dengan sebutan 'Sosrowijayan III' karena berada dalam wilayah RW 03 serta terletak di gang nomor tiga dari arah timur jalan Pasar Kembang.
Sarkem disebut sebagai lokalisasi juga bukan, namun dikata sebagai tempat prostitusi juga tidak salah. Saking tersohornya Sarkem, tempat yang menawarkan berjuta kenikmatan ini lantas disamakan dengan lokalisasi Doly di Surabaya dan Sunan Kuning di Semarang. Selain cantik, stok kupu-kupu malam di Sarkem dikenal masih muda-muda.
Ratusan pekerja seks komersial (PSK) berkumpul di tempat ini dan tinggal dalam rumah-rumah pondokan milik warga yang disekat menjadi kamar-kamar. Mereka ada yang memang tinggal di pondokan tersebut dengan cara kost dan ada pula yang hanya sekedar mangkal menunggu pria-pria kesepian untuk menghabiskan malam bersama.
Bagi mereka yang kost, kamar pondokan dijadikan tempat untuk memberikan servis kenikmatan kepada para tamu. Namun bagi para PSK yang sekedar mangkal saja, terpaksa mereka harus melayani tamunya di hotel maupun losmen dekat sana.
Mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 200 ribu para lelaki hidung belang bisa menggunakan jasa para PSK untuk ‘short time’ maupun ‘long time’. Namun tunggu dulu, biasanya wanita penghibur di lokasi ini enggan diajak jalan jauh. Mereka lebih suka menemani para tamu di komplek ini saja, jika terpaksa harus keluar pun wanita-wanita ini minta di hotel-hotel sekitar Sarkem.
“Ada banyak wanita yang bisa dipilih di sini. Kalau sekiranya ada yang cocok, tamu bisa langsung menawar. Tak perlu berlama-lama karena bisa keburu direbut orang,” ungkap salah seorang PSK Sarkem yang biasa dipanggil Ana (22).
Wanita berbodi sintal ini mengungkapkan, saat paling ramai pelanggan adalah sekitar pukul 23.00 WIB hingga 02.00 WIB. Dalam semalam ia mengaku rata-rata bisa melayani dua hingga tiga orang pria. Kondisi ini bisa bertambah menjadi dua kali lipat saat akhir pekan atau musim liburan seperti sekarang ini.
Tamu yang datang kepadanya pun berbeda-beda latar belakangnya, dari yang berkantong tebal hingga yang berdompet tipis. Tak sedikit dari mereka yang menginginkan fantasi nakal, namun untuk hal yang satu itu Ana kadang enggan melayani.
“Kita yang umum saja, kalau mau yang aneh-aneh ya kita kadang minta tambah (uang). Kadang yang seperti itu tamu yang masih muda,” kata Ana sambil sesekali membasahi bibirnya yang tipis.
Para wanita malam di Sarkem hampir semuanya mewajibkan tamunya memakai pengaman alias kondom saat berhubungan. Disamping untuk kesehatan, dari sinilah biasanya mereka bisa meminta tambahan uang lantaran merekalah yang menyediakan alat kontrasepsi tersebut. Namun tak jarang memang ada beberapa pria yang enggan memakai kondom dengan alasan kenyamanan. Kalau sudah begini, biasanya wanita asli Salatiga ini akan meminta tarif lebih sekitar separuh dari harga awal yang sudah disepakati.
Hal tak jauh berbeda diungkapkan Sisca (24), begitu PSK Sarkem ini minta dipanggil namanya. Jika layanan mereka memuaskan, terkadang tamu akan memberikan uang lebih. Jumlahnya tak tentu, kadang Rp 50 ribu namun ada pula yang memberi hingga Rp 100 ribu. Biasanya tamu-tamu berdompet tebal ginian bukan dari Yogyakarta.
Wanita berambut sebahu ini mengungkapkan, ia juga memiliki pelanggan tetap. Untuk teman kencan yang seperti ini biasanya Sisca memberikan prioritas pelayanan. Sebisa mungkin ia akan mengutamakan dan mengatur jadwal agar pelanggan special tersebut tak kecewa dan lain hari mengajaknya kencan kembali.
“Yang seperti ini harus dipelihara agar tak jatuh ke wanita lain. Antar wanita di sini juga ada persaingan untuk menggaet pria. Asal semua dilakukan secara normal tidak masalah,” kata wanita asli Jepara ini.
Untuk mencuri perhatian para pengunjung Sarkem, para wanita penghibur dituntut pintar-pintar menarik hati para pria kesepian. Sapuan bedak dan lipstic tak lepas dari wajah mereka agar nampak menor. Rok mini dan pakaian ketat rapat membalut bodi sehingga lekuk tubuh seksinya kian menggairahkan.
Namun jangan salah, rata-rata PSK di Sarkem tak suka berlama-lama dalam melayani tamunya. Kebanyakan mereka ingin urusan ranjang cepat selesai sehingga masih punya banyak waktu untuk mencari tamu lainnya. (M-1)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KAMUS BESAR SINGKATAN dunia SPA

Cara Buka Situs yang di Blokir dengan Mozilla Firefox

Di Balik Kisah PSK Sunan Kuning